Dibohongi Penjual itu Bikin Sakit Hati

18 komentar

foto Canva kreasi sendiri


Pekerjaan pedagang sebenarnya pekerjaan yang mulia, karena adanya perdagangan kita bisa memperoleh kebutuhan hidup dengan cara jual beli, maupun barter.

Rasulullah saw dulu juga sebagai seorang pedagang , karena keuletan, kejujuran dan amanah yang diterapkan dalam berdagang membuat beliau sukses dalam berdagang. Pedagang yang amanah akan dijanjikan surga kelak, sedang pedagang yang berbohong neraka adalah ganjarannya di akherat nanti.

Dalam berdagang terbuka luas pintu-pintu ketidakjujuran, pembohongan dan kerakusan bagi orang-orang yang egois, culas dan bodoh. Dia tidak memikirkan akibat tindakan yang dilakukannya dengan keculasan dan ketidakjujurannya itu berakibat merugikan orang lain dan diri sendiri.

Berbohong bisa soal kualitas, kuantitas (timbangan, takaran dan ukuran) juga bohong soal harga dengan mengambil untung setinggi-tingginya dan menukar barang yang sudah disetujui dengan barang yang lebih rendah kuaitasnya, atau berbohong menjual baang zonk lewat media online. Padahal tindakan tersebut akan memerosokkan pedagang itu sendiri dan merugikan pembelinya. Pada awalnya sih mereka mengira dengan tidak amanah, dan berbohong akan menjadi cepat banyak memperoleh keuntungan, dan mendapatkan uang banyak dalam sekejap. Padahal sesungguhnya kerugian besar akan melandanya. Pedagang yang sudah tidak bisa dipercaya lambat-laun akan ditinggalkan pembelinya, berganti pada penjual lain yang lebih baik.

Siapa di sini  yang pernah kena tipu pejual ? Sakit Hati banget bukan rasanya.

Penjual sering memanfaatkan keteledoran, ketidakhati-hatian dan sifat tergesa-gesa calon pembelinya. Bahkan membodohi pembelinya dengan merasa sok pintar dengan tindakannya itu.

Seperti yang aku alami pagi ini, maksud hati ingin ke pasar belanja kebutuhan dapur untuk stok seminggu ke depan. Jadi tak perlu bolak-balik ke pasar. Kali ini saya memilih belanja ke pasar tradisional dekat rumah yang menjual aneka kebutuhan dapur dan masakan.

Saya memilih sekilo ikan nila segar yang lumayan besarnya, dan minta tolong penjual untuk menyiangi ikan tersebut  daripada menunggu agak lama, aku tinggal beberapa langkah untuk membeli udang karena aku lihat ada udang segar yang menarik perhatian. Setelah mendapatkan udang, aku balik ke penjual ikan ternyata ikan sudah selesai disiangi dan dibungkus, aku main percaya saya saja tidak mengecek terlebih dahulu.  Alhasil ikan yang aku bawa pulang sama sekali bukan ikan yang aku pilih tadi, aku mendapat ikan sudah tidak segar lagi bahkan sudah hancur dalamnya serta ukuran ikan juga lebih kecil dari yang aku pilih semula. Dan udang yang tadi kelihatan segar ternyata juga udang yang sudah layu, putih pucat. Entah kapan penjual udang itu mengganti dagangannya dengan yang jelek begini, padahal perasaan aku juga tetap di depannya, mungkin waktu sibuk mencari uang pas di dompet kali.

Bagaimana mau mengolah bahan makanan seperti ini, apalagi untuk disimpan lebih lama, jelas akan busuk di kulkas. Yah, kalau memang sudah tidak bisa diselamatkan dan tidak layak makan lebih baik dibuang saja. Walaupun sayang banget.

Suatu kali aku melihat cakar ayam yang lumayan besar-besar dan segar, karena pingin bikin Oseng ceker pedas, belilah aku setengah kilogram. Lumayan banyak buat disimpan di kulkas juga bisa. Kasusnya seperti waktu membeli ikan di atas, sambil nunggu ceker dikuliti bersih aku memilih-milih ayam yang ada di sebelahnya. Setelah selesai dibersihkan ceker ayam dibungkus dan dikasihkan ke aku. Apa yang terjadi setelah bungkusan dibuka di rumah, aku mendapati ceker ayam yang sudah membiru setengah busuk yang tidak layak konsumsi. Maka membuangnya adalah pilihan daripada makan ceker busuk

.

Rasanya kok sakit hati banget ya dibohongi penjual


Yang di atas adalah penipuan pedagang di pasar tradisional, selain soal kualitas barang, terkadang pedagang terkadang menipu soal harga kalau dilihatnya pembelinya orang baru yang tak biasa berbelanja di pasar. Misalnya saja untuk ikan sekilo 40.000 bisa jadi seharga 50.000- 60.000 untuk orang yang tidak dikenalnya. Ada juga penjual di pinggir jalan yang membuat harga yang berbeda pada pembeli yang datang bermobil, dengan yang naik sepeda motor, atau sepeda.


Bohong ala Penjual Makanan


Beberapa waktu yang lalu pernah viral seorang makan ikan bakar di warung yang setelah selesai ternyata harus membayar jauh diluar ekspektasi sampai jutaan rupiah.

Penjual seperti itu ternyata ada juga dimana-mana. ( Tetapi aku bilang bukan semua penjual begitu loh).

Kemarin waktu kami sedang pergi ke suatu tempat, di tengah jalan kita lapar dan segera memilih warung di pinggir jalan, yang terlihat lumayan bersih sepi dan tempat parkirnya juga enak. Kami segera masuk dan memakirkan mobil, serta tanya tentang menu yang dijual dan memesannya tanpa menanyakan harga. Jadilah saya memesan separuh porsi sate kambing dan suami memesan seporsi gulai kambing. Untuk nasi dipesilakan untuk mengambil sendiri, baguslah bisa mengira-ngira sendiri kebutuhan nasi kita.

Ditemani teh hangat dan kerupuk bandung kami pun lahap menyantap pesanan yang sudah dihidangkan.

Setelah selesai kami segera ke kasir untuk membayar, keadaan warung sepi jadi kami bisa leluasa tak perlu tergesa-gesa. Namun keadaan berubah ketika kasir menyebut jumlah yang harus kami bayar, " Seratus lima puluh ribu, Bu.." ujar Kasir itu. Membuatku menyuruh menghitung lagi dengan menyebut makanan apa saja yang telah kami makan, seporsi gulai, setengah porsi sate, dua teh manis, dan empat buah kerupuk. Mbak Kasir menghitung lagi dengan seksama namun hasilnya tetap sama kami harus membayar seratus lima puluh ribu rupiah. Dengan hati setengah dongkol aku pun segera membayar, dan berlalu dari warung yang tampilannya sederhana tersebut.

Pengalaman sekarang, kalau penjual tidak mencantumkan daftar harga sebaiknya kita tanyakan dulu berapa harga makanan yang akan kita pesan. Karena tidak mungkin kita menyangkal harga bila makanan itu sudah terlanjur masuk ke dalam perut, bukan.


Tipu-tipu Ala SPG

Pernahkah kamu ketika jalan-jalan di mall didekati SPG, entah itu SPG produk yang sedang bazar, atau SPG apalah.

Jadi ceritanya, kemarin karena ada sesuatu yang harus dibeli aku ke supermarket di kotaku. Setelah selesai dan hendak pulang ada SPG alat kesehatan yang mendekati. Dirayu-rayulah daku agar mau singgah di tokonya untuk pijat gratis menggunakan alat pijat elektrik. Awalnya sih dia bilang, tidak harus beli kok, bu.. yang penting buat ngisi buku tamu saja. Maka maulah aku duduk dan menggunakan alat pijat itu, sambil dia nerangin alat pijatnya ini itu. Trus dia bilang saya bisa dapet souvenir gratis setelah mengisi buku tamu. Aku bilang dari awal kalau tidak beli loh, mosok bisa dapet hadiah. Setelah ngisi buku tamu disuruhnya aku ambil kertas yang sudah disiapkan dalam amplop tertutup, aku pikir hadiahnya payung, gelas atau apalah yang murah-murah gitu. Gak tahunya di kertas itu ditulis dengan kode yang aku tak ngerti, kata si SPG dia juga gak ngerti maksud kode itu, lalu telponinlah yang katanya ke kantor pusat buat tanya kode itu hadiah apa maksudnya. Tapi daku yakin sih itu dia telpon kantor mungkin telpon ke temennya , trus aku percaya disuruh ngomong sendiri sama orang kantor yang ditelpon itu, dia mengatakan aku beruntung dapet hadiah yang lumayan berharga. Terus si SPG jelasin kalau aku dapet hadiah sepaket barang-barang yang tadi ditunjukin ke aku. Ada alat pijat elektrik seperti yang sedang aku gunakan, alat penyaring air minum, dan alat pijat untuk mata minus yang katanya total seharga 12.900.000 rupiah, namun aku hanya disuruh bayar 2.900.000 rupiah saja. Lumayan kan selisih sepuluh juta dari harga yang dia sebutkan awal. Katanya boleh memberikan DP dulu 100 atau 200 ribu rupiah, dan sisanya bisa kapan-kapan. Tapi barang juga diberikan nanti kalau sudah dibayar semua. Karena dari awal memang tidak ada niat membeli, sebenarnya aku sudah males, namun karena disesak terus aku beralasan harus minta persetuan suami, untuk membeli barang-barang itu meskipun dengan harga yang katanya jadi murah banget. Tapi dia terus merayu, akhirnya aku berikan DP 100 ribu rupiah, karena dia bilang uang tidak hilang bisa diambil bila tidak jadi membeli.

Sampai pada rayuan terakhir, bila aku mau melunasi semua seharga 2.900.000 rupiah pada hari itu, akan mendapat tambahan barang berupa celana kesehatan pria. Setelah aku memberikan uang yang 100 ribu tersebut dia bilang kalau tidak jadi mengambil paket hadiah keseluruhan bisa nambah lagi 100 ribu untuk mendapat alat pijat mata yang katanya seharga 800 ribu.

Sampai di rumah aku baru bisa ngecek harga barang-barang tersebut di Toko*e*ia , ternyata untuk barang yang sama persis dengan yang ditawarkan itu, harganya jauh lebih murah dari harga yang katanya dapat hadiah potongan 10 juta tersebut. Bahkan harga keempat barang yang sepaket itu kurang dari separuh dari 2.900.000 rupiah. Yang artinya itu ternyata trik dia buat jualan, bukan ngasih hadiah diskon besar-besaran seperti yang dikatakan SPG itu. Dan alat pijat mata yang dihargai 200 ribu itu ternyata hanya berharga 85.000 saja, padahal dia bilang seharga 800 ribu. Berapa kali lipat coba mau ambil untungnya...

Aku pun langsung WA ke SPG tadi, dia tetap ngotot kalau barangnya berbeda dengan yang di Tok*p*dia, padahal aku lihat sama persis. Selanjutnya aku malas berkomunikasi, dan mengikhlaskan saya uang 100 ribu rupiah yang tadi sudah aku berikan. Daripada membeli dan rugi beberapa kali.


Beli Online Harus Baca Diskripsi Lengkap

Untuk membeli barang secara online, agar kita tidak merasa tertipu ada baiknya baca diskripsi secara lengkap dan kalau ada yang kurang jelas dan kurang sreg sebaiknya kita hubungi penjualnya lebih dahulu, untuk meminta penjelasan agar tak ada menyesalan bila barang sudah sampai. 

Bila kita beli pakaian tanyakan bahannya, ukuran, warna, corak dan lainnya. Biasanya penjual yang baik dia akan memberi diskripsi lengkap barang yang dijual. Kita jangan terpengaruh dengan harga-harga murah dengan gambar barang yang sama. Pilih toko online yang sudah terverifikasi, agar kita lebih mudah komplain bila ada sesuatu dibelakang hari. Dan jangan lupa vidiokan saat membuka paket dari awal, jadi bila ternyata barang tidak sesuai dengan diskripsi penjual kita bisa komplain, dan menukarkan barang.

Akhir-akhir ini ada beberapa teman yang tertipu beli barang online, misalnya beli masker dikasihnya garam, beli hp dikasihnya replika hp dan lain sebagainya. Kalau saya lebih suka belanja di e-commerce yang jelas, jadi kita juga lebih mudah untuk medeteksi profil penjualnya. Karena saya pernah beberapa kali belanja di toko online yang lagi promosi di FB maupun IG hasilnya tidak memuaskan, dan kita tidak bisa konplain untuk mengembalikan produk. Beda dengan kalau saya beli Shopee , Tokopedia dan lainnya, asal belum klik terima barang yang berarti transaksi selesai kita masih bisa komplain dengan bukti video unboxing.

Jangan lupa untuk membaca testimoni atau penilaian barang yang akan kamu beli, walaupun testimoni bisa dibeli setidaknya kita harus lebih jeli agar tidak tertipu saat belanja online.

Demikian pengalaman yang pernah aku alami dibohongi oleh penjual, semoga kita bisa menjadi penjual dan pembeli yang lebih amanah sehingga bisa menjadi rejeki yang berkah buat kehidupan kita dan keturunan kita. Amin..


Kudus, 18 Desember 2021


Salam hangat selalu

Sri Subekti Astadi






srisubekti.com
wife ordinary, writer, fiksianer, kompasianer, Content creator

Related Posts

18 komentar

  1. Aku juga pernah ngerasa ditipu gitu Ama penjual mba. Pas belanja keju di aplikasi belanja pasar, kebetulan yg jadi jastipernya orang yg udah sering handle pesananku selama ini, dan aku percaya Ama dia. Jadi pas belanja itu aku pesan utk beli keju Kraft. Sampai di rumah, aku juga salah sih ga ngecek barangnya. Bbrp hari kemudian pas kejunya mau dipake, ternyata udah expired lama. Ya ampuuun, kesel banget Ama sellernya. Kok ya keju exp masih dijual. Sengaja dikasih atau gimana. Ga ikhlas sih, apalagi aku beli kejunya agak banyakan. Dan semua exp mba. Cuma mau komplen ya udah ga bisa Krn udh lewat hari. Yg pasti kesel aja dan ga mau aku ikhlasin utk seller begini.

    Itu yg cerita SPG, nyebelin banget yaaa. Ga kira2 ambil untungnya. Akupun LBH suka belanja lewat market place yg udh dikenal aja mba. Ga mau kalo lewat IG atau FB. Kecuali sellernya aku udh kenal baik Yaa.

    BalasHapus
  2. Zaman ini kok masih ada ya modus penjualan macam barang2 bukan kebutuhan primer gitu, pakai rayuan 'gak harus beli, eh ternyata bisa tebus hanya sekian.. '

    Sebagai konsumen kita harus teliti, Bu Sri..

    BalasHapus
  3. Aku pernah juga disamperin sama.SPG di salah satu pusat perbelanjaan. Kukira SPG yang cuma mau nyebar brosur seperti biasanya. Akhirnya aku ambil brosur yg entah apa isinya aku belum lihat. Eh setelah kuambil, SPG itu malah ngikutin. Dan maksa aku buat buka kertas yg dia kasih. D kertas itu ada rangkaian angka yg katanya nomor kupon dan aku fapat hadiah alat elektronik yg harganya sekian dan sama aku juga diminta untuk menebusnya dengan harga yg lebih murah. Pas dia minta data diri berupa ktp, aku langsung pergi dengan alasan karena aku belum punya ktp kebetulan ktp elektroniku belum jadi wktu itu.

    BalasHapus
  4. Makasih nih ceritanya. Jadi mikir, betapa jahatnya, terutama yang di pasar tradisional (udah tradisional curang lagi...hehe). Walau yang ala-ala modern pun tak kalah jahatnya, macam SPG dan transaksi online. Speechless deh, jadi nggak bisa komentar banyak. Keren, ngajak mikir, merenung....

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul Mbak, dimana pun kita belanja harus hati2 Mbak, kalau bisa bikin catatan dulu dari rumah biar ga mudah goyah dan dibohongi..

      Terima kasih Mbak Kafha...

      Hapus
  5. Pernah perjalanan jauh dari Jogja Jakarta mampir pinggir jalan untuk makan, bukan restoran yang gimana-gimana tapi saya dan suami merasa lumayan bersih ya hayuk aja makan. Selesai makan kaget sekaget-kagetnya dengan harga yang dikasih tahu, ya ampun sampai begitu yaa berdagang ngga baik banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga pernah ngalami Mbak, warung makan jadi pilihan karena tampilannya bersih tapi sepi pengunjung, tapi ya warung biasa bukan resto, dan setelas selesai makan jadi kaget. Jadi sekarang diinget2 klo mau makan di tempat yang belum dikenal tak ada daftar harga sebaiknya tanya harga dulu...

      Hapus
  6. Jadi ingat saya juga pernah kecewa ketika mendapat barang yang tidak sesuai ekspektasi ketika berbelanja. Memang kita perlu hati-hati dalam berbelanja ya Bu. Terima kasih artikelnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak..sama-sama..kita harus berhati-hati apalagi dijaman harga harga melonjak seperti ini...

      Hapus
  7. Pengalaman ini pelajaran berharga buat saya loh. Makasih ya, memang jadi harus ekstra teliti sebelum membeli dan bertransaksi.

    BalasHapus
  8. saya pernah ada pengalaman serupa waktu beli baju secara online. saya pesan dua, yang datang cuma satu itupun model dan warnanya beda seperti yang ada di foto. dari penjual juga tidak ada itikad baik untuk mengirim ulang setelah saya komunikasikan berkali-kali. :)

    BalasHapus
  9. Ah paling sebel yang SPG sama yang makan di warung makan ga ada harganya gitu, aku pernah pengalaman begitu. Kalau yg SPG aku tinggalin aja hahaha. Yang warung makan, mau gamau bayar, kan udah dimakan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, Mbak..sepertinya yang warung makan bikin betul-betul sebel..tak bisa menghindar karena udah terlanjur makanan masuk perut ya, Mbak..

      Hapus
  10. Sekarang makin banyak pedagang ga jujur ya mbak. Aku juga pernah ngalamin ketipu gini. Kalo ga salah beli mangga udah milih sendiri tp entah gimana kok ditukar sama yg jual. Sampw rumah manggabya beda. Busuk2 smua. Ya Allah kesel pwol padahal klo pwdagang jujur kita pasti bakalan jd pelanggan setia ya tp klo ditipu kan malah ga mo balik

    BalasHapus
  11. Beda tipis ya sekarang bu trik marketing sama penipuan. Kalau model SPG di mall spt itu untungnya saya tipe orang yang selalu menjauh saat ditawarin apapun wkwkkw selalu menolak. Padahal ga pernah kena tipu jg cmn krn seringnya cerita spt ini jdi sllu pasang tameng

    BalasHapus
  12. Kebayang deh mbak makan sate 150 ribu teganya..sekarang memang amannya tanya harga dulu deh takut ditipu.. Aku pernah sekali beli telur puyuh rebus ternyata basi, habis itu aku ngga pernah beli di situ lagi. Kapok.. jadi jangan khianati kepercayaan pelanggan, langsung kabur..

    BalasHapus
  13. hal seperti ini juga terjadi di marketing provider internet loh mba. kita ditawari paket yang ternyata pas tagihan keluar lebih gede ternyata mereka ngga jelasin di awal kalau itu include add on add on lainnya jadi mihil deh tagihannya. bikin kesel kan.... kalau dikasih tahu dari awal tentang add on itu kan pasti kita ngga mau ... nyebelin yaaaaa

    BalasHapus

Posting Komentar