Begitu melihat tema
menulis di komunitas LFI minggu ini aku
langsung ngeh, wah ada pilihan tema menarik nih “ Romantisme gaji pertama”.
Pikiranku langsung mengingat pada sebuah
kertas lusuh karena dimakan umur yang masih aku simpan bersama file-file penting lainnya.
Iya, kertas lusuh itu adalah slip gaji pertamaku, sewaktu
awal bekerja di bulan Pebruari 1993, tepat setahun setelah aku lulus dari Fakultas Sastra Undip. Setahun dalam pencarian kerja mungkin ada
entah berapa puluh kali aku tebar Surat
Lamaran Pekerjaan , berkali –kali pula menjalani test tertulis sampai tahap wawancara , gagal dan
gagal lagi. Sampai akhirnya saya diterima di sebuah perusahaan kosmetik House
of Sara Lee , menjalani training selama 3 bulan baik di kelas maupun di
lapangan. Saya ingat banget trainingnya diadakan di sebuah hotel di Semarang
karena waktu itu masih belum punya kantor, tapi bulan berikutnya setelah itu
peresmian kita sudah mempunyai kantor baru di sebuah ruko di kawasan Bangkong
Semarang.
Alhamdulillah akhirnya, gaji pertama aku terima di bulan
ketiga setelah menjalani training dan dinyatakan lulus. Bulan Pebruari 1993 gaji diberikan dalam
bentuk cek giro karena waktu itu belum jamannya gaji ditransfer ke rekening. Jadi kami
diberi kertas 2 lembar dalam satu amplop, kertas pertama berupa slip gaji, yang
kertas kedua berupa cek dengan nominal seperti yang ada di dalam slip gaji.
Melihat jumlahnya Rp 510. 145 rupiah kalau dikonfrensi
dengan nilai mata uang sekarang jadi berapa
ya. Kita bisa cek lewat google
Kalkulator Nilai Masa lalu ketemu juga nilainya menjadi sekitar Rp
5.685.524.00 untuk konfensi di tahun
2023. Wow, baru tahu aku ternyata
lumayan juga ya. Apakah sekarang fresh
graduete mendapat gaji kurang lebih
segitu juga.
Aku ingat waktu itu adalah pertama kalinya pula saya
mencairkan cek di bank, maklum sebelumnya yang dipegang uang receh terus. Jadi
diledekin nih sama pegawai banknya, “ Mau dicairkan semua, Mbak ?” “Iya..”
“Ini gajian ya, kenapa ngga buka tabungan saja kan nanti ada
ATM nya, lebih mudah untuk mengambil.”
Sejak saat aku punya buku tabungan dan ATM sendiri, berasa
jadi orang kaya aja!.
Tak lupa aku
menyatakan diri stop tunjangan dari orangtua, yang tetap diberikan walau sudah lulus kuliah walau besarnya sudah berkurang dan mulai tidak rutin lagi.
Maklumlah bapak kala itu sudah menginjak pensiun, dan aku juga sudah mulai
mencari uang sendiri dengan berdagang
kecil-kecilan. Seperti jualan kain batik dari teman kost yang dari Pekalongan
untuk saya jual ke kudus kalau pas pulang, jualan kosmetik yang sistem
penjualannya direct selling, saya mendapat keuntungan 20% bila menjualkan
produk kosmetik tersebut.
Sebagai orang kaya baru (eh) aku pun langsung pindah kost,
dari yang kost lama yang aku tempati
sejak kuliah pindah ke kost baru yang tentu lebih bagus, fasilitas lebih
lengkap dan lebih dekat dari kantor.
Oh iya, pekerjaanku saat itu sebagai Grup Sales Coordinator
sebuah perusahaan kosmetik direct selling, tugas utamaku adalah merekrut distributor sebanyak-banyak, mentraining, mengenalkan produk,
mengajari cara menawarkan dan menjual produk, sampai memberi semangat dan
hadiah kepada mereka.
Berbagai cara aku pergunakan untuk mendapatkan distributor
baru, mulai dari buka iklan lowongan kerja di koran, radio, menyebar flayer pada kerumunan orang sampai turun
langsung ke lapangan dari rumah ke rumah, di pabrik-pabrik, perkantoran yang ada
wanitanya dan butuh kosmetik, perawatan dan parfum karena di situlah pangsa pasar terbuka.
Jadi saat itu aku belum banyak pergunakan uang gajiku,
karena aku sendiri dari pagi hingga menjelang malam masih di kantor atau turun
lapangan, ya begitulah baterainya masih baru, masih punya banyak energi
dan semangat. Bekerja tak kenal lelah...
Terus uang gajinya dipakai untuk apa dong...
Sebagai seorang yang bekerja di bidang selling atau penjualan tidak sepenuhnya gaji yang aku terima adalah
full dari perusahaan sebagian banyak berasal dari presentasi hasil total penjualan seluruh distributor yang
telah aku rekrut.
Jadi sebagian pula
uang gaji buat modal lagi, misalnya buat bikin iklan di koran, radio, bikin
flayer dan lainnya, termasuk memberi hadiah tambahan pada para distributor agar
mereka lebih loyal dan semangat untuk menjual. Mendampingi mereka untuk
mengadakan demo-demo kecantikan di berbagai acara, walau dari kantor sendiri
ada fasiltas untuk biaya transportasi dan lainnya,
tapi tetap saja kita harus keluar duit sendiri juga.
Duuh, sampai-sampai gaji pertama, kedua, ketiga... aku
sering gak sempat lagi mempergunakan untuk kepentingan yang sifatnya tidak
untuk urusan pekerjaan. Karena waktunya sudah
habis buat ngejar target ...hehehe
Tetapi syukurlah, dari kantor sendiri tiap tiga bulan ada
training lagi ke luar kota sekalian refreshing .
Artikel ini adalah bagian dari latihan komununias LFI supportedb by BRI
wah, Bu Astadi dulu ambil jurusan sastra apa? memang kalau mengenang gaji pertama tuh ada kesan tersendiri ya, untuk nominal segitu lumayan juga buat fresh graduate zaman sekarang yang banyak di bawah itu Bu.
BalasHapussastra indonesia, jadi gak ada hubungannya dengan kerjaan waktu itu.., Terima kasih sudah berkunjung..
HapusWah masih nyimpen kenangan gaji pertama. Kayaknya saya juga masih ada. Hehe.
BalasHapusKeren banget Bu, tahun segitu nominal gajinya sudah tinggi, karena ada target tinggi juga yang harus dikejar ya Bu
betul Mbak, tiap hari yang di kepala target-target, rekrut- rekrut melulu...
HapusmasyaAllah keren! slip gaji pertama ku ntah kemana xD soalnya dulu aku pertama kerja itu sambil kuliah, sepertinya hanya dikasih dalam amplop putih dan tanda tangan, hehe..
BalasHapusdisimpan buat kenang-kenang mbak, apalagii sekarang gak kerja, kalo ingat wah ternyata dulu aku pernah kerja ya...
HapusSeru banget pengalamannya Bun gajiannya gede tapi memang pekerjaannya juga tak ringan ada target yang harus ditaklukkan setiap bulan..aku lupa gaji pertamaku hihi
BalasHapusiya, betul Mbak, jadi sekarang tuh klo baca-baca info lowongan kerja, ada tulisan sanggup kerja di bawah tekanan, target, dan kerja tim... eh ternyata itu dulu aku banget, kalo sekarang duuh, sungguh gak sanggup lagi..
HapusPadahal dari Februari 1993, tapi kok ya masih nyimpan. Oh ya, Fakultas Sastra jurusan apa ya? Aku kebetulan juga Sastra, tapi Sejarah. Aku kost di Pleburan dekat Masjid...Eh nggak nyambung sama isi tulisan ya...hehe
BalasHapusaku Sastra Indonesia, wah sekampus kita, Sastra Sejarah angkatan tahun berapa ya, aku kost di Erlangga Tengah depan masjid persis...
Hapus