Aku Masih Menyimpan Slip Gaji Pertamaku

10 komentar

 

slip gaji pertamaku, dokpri

Begitu  melihat tema menulis di komunitas LFI minggu ini  aku langsung ngeh, wah ada pilihan tema menarik nih “ Romantisme gaji pertama”. Pikiranku  langsung mengingat pada sebuah kertas lusuh karena dimakan umur yang masih aku  simpan bersama file-file penting lainnya.

Iya, kertas lusuh itu adalah slip gaji pertamaku,  sewaktu  awal bekerja di bulan Pebruari 1993, tepat setahun setelah aku  lulus dari Fakultas Sastra Undip.  Setahun dalam pencarian kerja mungkin ada entah berapa puluh kali aku tebar  Surat Lamaran Pekerjaan ,  berkali –kali pula  menjalani test  tertulis sampai tahap wawancara , gagal dan gagal lagi. Sampai akhirnya saya diterima di sebuah perusahaan kosmetik House of Sara Lee , menjalani training selama 3 bulan baik di kelas maupun di lapangan. Saya ingat banget trainingnya diadakan di sebuah hotel di Semarang karena waktu itu masih belum punya kantor, tapi bulan berikutnya setelah itu peresmian kita sudah mempunyai kantor baru di sebuah ruko di kawasan Bangkong Semarang.

Alhamdulillah akhirnya, gaji pertama aku terima di bulan ketiga setelah menjalani training dan dinyatakan lulus.  Bulan Pebruari 1993 gaji diberikan dalam bentuk cek giro karena waktu itu belum jamannya gaji ditransfer ke rekening. Jadi kami diberi kertas 2 lembar dalam satu amplop, kertas pertama berupa slip gaji, yang kertas kedua berupa cek dengan nominal seperti yang ada di dalam slip gaji.

Melihat jumlahnya Rp 510. 145 rupiah kalau dikonfrensi dengan nilai mata uang sekarang jadi berapa  ya. Kita bisa cek  lewat google Kalkulator Nilai Masa lalu ketemu juga nilainya menjadi sekitar Rp 5.685.524.00  untuk konfensi di tahun 2023.  Wow, baru tahu aku ternyata lumayan juga ya. Apakah  sekarang fresh graduete mendapat gaji  kurang lebih segitu juga.

Aku ingat waktu itu adalah pertama kalinya pula saya mencairkan cek di bank, maklum sebelumnya yang dipegang uang receh terus. Jadi diledekin nih sama pegawai banknya, “ Mau dicairkan semua, Mbak ?” “Iya..”

“Ini gajian ya, kenapa ngga buka tabungan saja kan nanti ada ATM nya, lebih mudah untuk mengambil.”

Sejak saat aku punya buku tabungan dan ATM sendiri, berasa jadi orang kaya aja!.

Tak lupa  aku menyatakan diri stop tunjangan dari orangtua, yang tetap diberikan walau sudah lulus kuliah walau besarnya sudah berkurang dan mulai tidak rutin lagi. Maklumlah bapak kala itu sudah menginjak pensiun, dan aku juga sudah mulai mencari uang sendiri  dengan berdagang kecil-kecilan. Seperti jualan kain batik dari teman kost yang dari Pekalongan untuk saya jual ke kudus kalau pas pulang, jualan kosmetik yang sistem penjualannya direct selling, saya mendapat keuntungan 20% bila menjualkan produk kosmetik tersebut.  

Sebagai orang kaya baru (eh) aku pun langsung pindah kost, dari yang  kost lama yang aku tempati sejak kuliah pindah ke kost baru yang tentu lebih bagus, fasilitas lebih lengkap dan lebih dekat dari kantor.  

Oh iya, pekerjaanku saat itu sebagai Grup Sales Coordinator sebuah perusahaan kosmetik direct selling, tugas utamaku adalah merekrut  distributor sebanyak-banyak, mentraining, mengenalkan produk, mengajari cara menawarkan dan menjual produk, sampai memberi semangat dan hadiah kepada mereka.

Berbagai cara aku pergunakan untuk mendapatkan distributor baru, mulai dari buka iklan lowongan kerja di koran, radio,  menyebar flayer pada kerumunan orang sampai turun langsung ke lapangan dari rumah ke rumah, di pabrik-pabrik, perkantoran yang ada wanitanya dan butuh kosmetik, perawatan dan parfum karena di situlah pangsa pasar terbuka.

Jadi saat itu aku belum banyak pergunakan uang gajiku, karena aku sendiri dari pagi hingga menjelang malam masih di kantor atau turun lapangan, ya begitulah  baterainya masih baru, masih punya banyak energi dan semangat. Bekerja tak kenal lelah...

Terus uang gajinya dipakai untuk apa dong...

Sebagai seorang yang bekerja di bidang selling atau penjualan  tidak sepenuhnya gaji yang aku terima adalah full dari perusahaan sebagian banyak berasal dari presentasi  hasil total penjualan seluruh distributor yang telah aku rekrut.

Jadi sebagian  pula uang gaji buat modal lagi, misalnya buat bikin iklan di koran, radio, bikin flayer dan lainnya, termasuk memberi hadiah tambahan pada para distributor agar mereka lebih loyal dan semangat untuk menjual. Mendampingi mereka untuk mengadakan demo-demo kecantikan di berbagai acara, walau dari kantor sendiri ada fasiltas untuk biaya transportasi dan lainnya,  tapi tetap saja kita harus keluar duit sendiri juga.

Duuh, sampai-sampai gaji pertama, kedua, ketiga... aku sering gak sempat lagi mempergunakan untuk kepentingan yang sifatnya tidak untuk urusan pekerjaan.  Karena waktunya sudah habis buat ngejar target ...hehehe

Tetapi syukurlah, dari kantor sendiri tiap tiga bulan ada training lagi ke luar kota sekalian refreshing .

Artikel ini adalah bagian dari latihan komununias LFI supportedb  by BRI 

srisubekti.com
wife ordinary, writer, fiksianer, kompasianer, Content creator
Terbaru Lebih lama

Related Posts

10 komentar

  1. wah, Bu Astadi dulu ambil jurusan sastra apa? memang kalau mengenang gaji pertama tuh ada kesan tersendiri ya, untuk nominal segitu lumayan juga buat fresh graduate zaman sekarang yang banyak di bawah itu Bu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sastra indonesia, jadi gak ada hubungannya dengan kerjaan waktu itu.., Terima kasih sudah berkunjung..

      Hapus
  2. Wah masih nyimpen kenangan gaji pertama. Kayaknya saya juga masih ada. Hehe.
    Keren banget Bu, tahun segitu nominal gajinya sudah tinggi, karena ada target tinggi juga yang harus dikejar ya Bu

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul Mbak, tiap hari yang di kepala target-target, rekrut- rekrut melulu...

      Hapus
  3. masyaAllah keren! slip gaji pertama ku ntah kemana xD soalnya dulu aku pertama kerja itu sambil kuliah, sepertinya hanya dikasih dalam amplop putih dan tanda tangan, hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. disimpan buat kenang-kenang mbak, apalagii sekarang gak kerja, kalo ingat wah ternyata dulu aku pernah kerja ya...

      Hapus
  4. Seru banget pengalamannya Bun gajiannya gede tapi memang pekerjaannya juga tak ringan ada target yang harus ditaklukkan setiap bulan..aku lupa gaji pertamaku hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, betul Mbak, jadi sekarang tuh klo baca-baca info lowongan kerja, ada tulisan sanggup kerja di bawah tekanan, target, dan kerja tim... eh ternyata itu dulu aku banget, kalo sekarang duuh, sungguh gak sanggup lagi..

      Hapus
  5. Padahal dari Februari 1993, tapi kok ya masih nyimpan. Oh ya, Fakultas Sastra jurusan apa ya? Aku kebetulan juga Sastra, tapi Sejarah. Aku kost di Pleburan dekat Masjid...Eh nggak nyambung sama isi tulisan ya...hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku Sastra Indonesia, wah sekampus kita, Sastra Sejarah angkatan tahun berapa ya, aku kost di Erlangga Tengah depan masjid persis...

      Hapus

Posting Komentar