"Gadis kretek" Kisah Cinta, dendam, dan perjuangan Dalam Industri Kretek Dalam Tiga Dekade

6 komentar
gambar milik pribadi


 

Novel Gadis Kretek yang ditulis oleh Ratih Kumala yang saya ini merupakan cetakan kedua, Oktober 2012. Sedangkan cetakan pertamanya, Maret 2012. Saat ini juga sudah ada cetakan ketiga , Agustus 2022. Tandanya kalau Novel Gadis Kretek ini banyak peminatnya.  Karena waktu saya buka aplikasi Ipusnas dan mencari novel ini antrian peminjamnya sampai ratusan.

Sebenarnya sudah lama saya tertarik ingin membaca novel ini, namun baru kali ini berkesempatan meminjam di Perpusda Kudus. Apalagi setelah beberapa artis datang ke Kudus untuk melakukan shoting “Gadis Kretek” yang hendak difilmkan, dengan artis-artis ternama seperti Dian Sastrowardoyo, Puteri Marino dan Arya Saloka dan lainnya.

Novel yang ditulis oleh istri Eka Kurniawan ini merupakan cerita yang diambil oleh akar keluarga mamahnya ini, ditulis dengan detail kehidupan dan bahasa-bahasa yang biasa dipakai dalam industri kretek, karena saya sendiri hidup di kota yang ditumbuhi berbagai macam pabrik kretek jadi sudah terbiasa dengan istilah-istilah yang dipakai Ratih Kumala.

Gadis Kretek

Kisah ini diawali dari igauan Romo yang merupakan pemilik dari Kretek  Djagad Raja saat sedang sakit keras, karena mengalami stroke selama tiga tahun bahkan keadaannya semakin buruk setahun terakhir. Romo mengigau dengan menyebut sebuah nama, yaitu “ Jeng Yah”. Nama yang membuat sang istri cemburu dan marah-marah, hal ini membuat ketiga putra dari Romo yang bernama Soeraja atau Raja penasaran. Siapa sebenarnya “ Jeng Yah” itu. Karena menurut penuturan mereka orang tuanya adalah pasangan yang sangat akur, serasi dan tidak pernah neko-neko.

Ketiga putra Pak Raja yang menjadi pewaris dari Kretek Djagad Raja adalah, Tegar, Karim dan Libas, mereka bertiga berjanji akan mencari Jeng Yah untuk dipertemukan pada Romonya sebelum ajal menjemput. Walau dengan informasi minim yang mereka peroleh dari Romo yang sudah pikun dan kehilangan separuh nyawanya, serta dari ibu mereka yang enggan memberikan informasi tentang Jeng Yah, walaupun begitu akhirnya mereka mendapat petunjuk kalau terakhir Romo ketemu Jeng Yah di Kudus, yang merupakan kota awal industri Kretek Djagad Raja.

Mereka bertiga bersepakat agar Libas sebagai anak bungsu yang tidak ikut mengurusi perusahaan seperti kedua kakaknya dan mempunyai banyak waktu, untuk datang ke Kudus. Mencari informasi tentang Jeng Yah.

Dengan mengendarai mobil Libas berangkat ke Kudus, dan singgah di Cirebon untuk menemui temannya saat kuliah di san Fransisco Amerika Serikat, Erik. Libas hendak meminta bantuan  Erik untuk menangani scorring musik di film yang hendak diproduksi secara indi, namun selalu mendapat  penolakan dari kakak-kakaknya.

Karena tidak begitu percaya pada Libas, akhir Tegar menyusul Libas di Cirebon dan mencari Jeng Yah ke Kudus berdua. Karena antara Libas dan Tegar tidak pernah akur.

Tegar yang sejak kecil sudah dididik oleh ayahnya agar mempelajari lebih dalam soal kretek  sampai-sampai dia kehilangan masa muda dan kebebasanya, karena beban yang diberikan romonya agar selalu belajar soal kretek dan baprik. Mulai dari cara memilih tembakau sampai cara mengolahnya menjadi kretek, serta urusan pabrik yang kelak akan menjadi tanggung-jawabnya. Bahkan hanya Tegar yang diberikan rahasia saos kretek Djagad Raja, dengan akta notaris karena hanya Tegar yag boleh tahu soal saos ini.

 Sedagkan Libas sebagai anak bungsu memiliki kebebasan dalam bergaul dan belajar seperti anak-anak muda lainnya.  Bahkan saat Libas dikirim untuk kuliah di San Fransisco  jurusan bismis pindah ke jurusan perfilman dan musik yang sangat ditentang oleh romonya, bahkan mengancam akan menghentikan kiriman biaya kuliahnya.  Walaupun akhirnya tidak dilakukan romonya sampai dia bisa menyelesaikan romonya. Namun setiba di Indonesia Libas banyak menyutradarai film-film horor yang oleh kedua kakaknya dianggap film yang tidak bermutu. Dan Kretek Djagad Raja tidak cocok untuk menyeponsori film-film Libas, walau Libas sendiri namanya terdaftar sebagai pewaris Kretek Djagad Raja di notaris.

Selain penasaran dengan  Jeng Yah, sebuah nama yang disebut-sebut romonya di saat-saat akhir hayatya, mereka juga penasaran dengan bekas luka di jidat romo. Karena selama ini merka tahunya baik-baik tidak pernah bertengkar dengan siapa pun, saat ditanya romo haya bilang kalau saat muda dia adalh jagoan berkelahi. Tetapi cerita itu tidak dipercaya oleh anak-anaknya.

Awal Terjadinya Perselisihan dan Persaingan

Pada bab 3 Mengisahkan tentang keadaan sebelum Kemerdekaan atau saat Jepang menguasai Indonesia. Kita dibawa ke alam jaman sebelum kemerdekaan dan kemiskinan melanda teruta

Pada saat itu diceritakan tentang Idroes Moeria yang tinggal bersama simboknya hidup dalam kemiskinan, mereka tinggal di kota M. Kota M ini juga yang membuat saya penasaran kenapa hanya disingkat kota M, namun dijelaskan tentang keadaan alam dan letak kota M , yaitu antara kota Magelang dan Yogyakarta. Dan setelah saya telusuri ternyata Kota M adalah Mungkid, sebuah kota pecahan dari Magelang, yang awalnya aku kira Muntilan ternyata lebih cenderung ke Mungkid, karena Muntilan hanya sebuah kecamatan, bukan nama kota.

Untuk membantu perekonomian ibunya, Idroes Muria bekerja pada Pak Trisno sebagai pelinting klobot, yang lama-lama dipercaya untuk mengepak dan mengantarkan pesanan ke pasar dan toko obat.  Diam-diam Idroes Moeria juga mempelajari cara membuat klobot dan memasarkannya, karena dia ingin menjadi pengusaha klobot juga nantinya. Apalagi Idroes Moeria sudah mulai menyukai seorang gadis , yang bernama Roemaisa putri seorang juru tulis yang menjadi orang terpandang pada waktu itu. Namun ternyata bukan hanya dirinya yang juga menyukai Roemaisa tetapi juga temannya, bernama Soedjagad yang juga bekerja pada Pak Trisno.  Bahkan Soedjagad sudah berani datang melamar Roemaisa namun ditolak karena tidak bisa menulis dan membaca.

Tahu kalau Soedjagad ditolak karena tidak bisa menulis dan membaca, akhirnya minta diajari menulis dan membaca pada Pak Trisno juragannya demi bisa mendapatkan pujaannya Roemaisa.

Diceritakan pula bahwa pada akhirnya seluruh kekayaan Pak Trisno diminta oleh Jepang, sehingga usahanya gulung tikar. Hanya sisa dua keranjang  tembakau kering siap pakai yang akhirnya dibeli oleh Idroes Moeria dengan uang yang dikumpulkan dari hasil bekerja pada Pak Trisno. Sebenarnya yang menginginkan  tembakau itu bukan hanya idroes Moeria tetapi juga Soedjagad.

Persaingan antara Idroes Moeria dimulai, bukan hanya memperebutkan Roemaisa namun juga usaha klobotnya, karena tak lama setelah Idroes Moeria memproduksi dan menjual klobot , Soedjagad juga melakukannya.  Walaupun awalnya tanpa etiket dan sangat sedikit cengkih pada akhirnya klobot buatan Idroes Moeria diterima di pasaran. Karena kretek klobot masih dipercaya bisa menyembuhkan asma. Karena sudah bisa menulis akhir Idroes Moeria menuliskan Klobot Djojobojo sebagai  etiket klobot produksinya. Dan diam-diam Soedjagad pun memproduksi Klobot dengan etiket klobot Djagad.

Setelah merasa lancar membaca dan menulis serta usahanya juga sudah mulai berkembang, Idroes Muria melamar Roemaisa dan lamarannya diterima, mereka pun akhirnya menikah. Hal ini membuat Soedjagad sakit hati dan marah karena Roemaisa pada akhirnya memilih Idroes Moeria.

Dua bulan setelah menikah Roemaisa hamil usaha klobot mereka pun semakin maju, karena Juru Tulis yang jadi mertuanya ikut membantu mencatat pembukuan penjualan klobot Idroes Moeria.

Namun kebahagian itu tak berlangsung lama, karena Idroes Moeria diculik Jepang dan dibuang ke Surabaya selama dua tahun sampai indonesia mengumumkan Proklamasi kemerdekaannya.

Pada saat suaminya diculik, Roemaisa yang sedang hamil mengalami keguguran karena depresi berat ketika mengetahui suaminya tidak pulang-pulang. Soedjagad pun berusaha mendekatinya lagi namun tidak digubris Roemaisa , karena dia percaya kalau suaminya masih hidup dan suatu saat akan pulang kembali. Saat kesehatan dan kondisinya sudah pulih roemaisa pun melanjutkan usahanya suaminya membuat Klobot Djojobojo.

Setelah Jepang kalah dari sekutu dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Idroes Moeria pulang dan melanjutkan usaha klobotnya. Selama di pengasingan Idroes Moeria juga banyak belajar tentang kretek, sehingga dia mengganti usahanya dengan memproduksi kretek bukan lagi klobot tembakau yang dibungkus menggunakan klobot jagung, namun sekarang dengan paper atau kertas khusus.Mereka menggunakan nama dagang baru Kretek Merdeka.  Idroes Moeria pun mulai memasarkan kretek buatannya  ke kota-kota lain di sekitar kota M, seperti  magelang, Solo dan Yogyakarta. Mereka pun mulai memasang iklan di koran yang terbit Yogyakarta.

Namun semua idenya ternyata ditiru oleh Soedjagad, dengan membuat Kretek Proklamasi dan memasarkan dengan cara yang sama dengan kretek produksi Idroes Moeria.

Pada saat Roemaisa  hamil lagi dan melahirkan ari-ari yang dijaga sendiri oleh Idroes Moeria selama tujuh hari tujuh malam bisa dicuri oleh Soedjagad yang digunakan tumbal untuk mengalahkan Idroes Moeria.  Anak pertama Idroes Moeria dan Roemaisa  diberi nama  Dasiyah.

Soedjagad akhirnya menikah dengan perempuan asal Madura yang berpenampilan glamor dan kaya raya. Pada saat mereka melahirkan anak pertama yang diberi nama Purwati, Roemaisa juga melahirkan anak kedua yang diberi nama Rukayah.

Dasiyah yang mulai tumbuh remaja mulai suka dengan apa yang menjadi usaha orang tuanya, bahkan Dasiyah banyak dilibatkan dalam industri kretek Merdeka. Dasiyah juga pandai melinting kretek untuk ayahnya dari sari tembakai yang menempel di tangannya saat membantu melinting tembakau di pabrik ayahnya.

Karena kepandaiannya itulah, akhirnya ada pemodal yang mau membatunya untuk mendirikan usaha kretek baru dengan nama Kretek Gadis.

Dasiyah gencar memasarkan kretek buatannya di pasar-pasar malam dengan mendirikan stan khusus yang dijaga para gadis, tersamasuk dirinya sendiri.

Pada saat memasarkan kreteknya di pasar malam itulah dia mengenal Soeraja, seorang pemuda yang luntang –lantung yang mau disuruh untuk membantu mengemasi para pemelik stan di pasar malam. Termasuk membantu Dasiyah. Karena Soeraja rajin dan baik, akhirnya Dasiyah memohon pada ayahmya agar mau menampung Soeradja dan mempekerjakan untuk pabriknya.

Lama-kelamaan antara Dasiyah dan Soeradja saling suka, dan akhirnya Idroes  Moeria pun menyetujui, namun Soeradja merasa malu karena hanya ikut numpang di mertua. Dia ingin keluar dan membuat usaha kretek sendiri. Hal itu juga disetujui oleh calon mertuanya.

Pada saat itu partai Komunis sedang giat-giatnya melakukan propaganda partainya, dengan iming-iming bantuan modal akhirnya Soeradja tertarik dan ikut masuk dalam partai komunis. Dan membuat industri kretak yang bernama Kretek Tjap Arit Merah.

Karena keterlibatannya  dengan partai komunis itulah, Soeradja ikut diburu  setelah terjadi peristiwa G 30 S PKI orang-orang yang terlibat dalam partai terlarang itu diburu dan dibunuh di kali Pepe. Soeradja melarikan diri ke Kudus dibantu oleh Soedjagad yang sudah tinggal di Kudus.

Pada saat itu rencana pernikahan antara Dasiyah dan Soeradja pun bubar, persiapan yang sudah matang akhirnya membuat Dasiyah kecewa berat. Namun dia percaya kalau Soeradja akan selamat dan kembali padanya.

Selama dalam pelariannya Soeradja banyak dibantu oleh Soedjagad, yang akhirnya Soeradja pun bekerja untuk Soedjagad di industri kreteknya. Karena  kepintaran Soeraja yang sudah memperoleh ilmu dari Idroes Moeria dan Dasiyah untuk mencampur saos , rahasia membuat saos Kretek Gadis dibocorkan pada Soedjagad.  Dengan kongsi itu mereka membuat usaha kretek baru dengan nama Kretek Djagad Raja.

Akhirnya Soeradja tidak jadi menikah dengan Dasiyah yang lebih dikenal dengan Jeng Yah, tetapi menikah dengan Purwati putri dari Soedjagad.

Kembali ke Pencarian Jeng Yah

Sesampainya di Kudus, Libas dan Tegar ketemu dengan Mbok marem, buruh linting di pabrik Kretek Djagad Raja yang ada di Kudus. Mbok Marem yang sudah tua merupakan karyawan lama yang sudah mengenal betul keluarga dari pemelik pabrik tempatnya bekerja, termasuk mengenal anak-anaknya seperti Tegar, Karim dan Libas. Untuk itu mereka ingin mencari info tentang “ Jeng Yah” pada Mbok Marem.  Dari Mbok Marem mereka mendapat informasi mengenai jeng Yah, sebagai pemelik Kretek Gadis di kota M.

Akhirnya Libas dan Tegar melanjutkan perburuannya di kota M, dengan menelusuri warung-warung kecil yang masih menjual Kretek Gadis, hingga akhirnya menemukan  tempat kretek Gadis diproduksi.

Mereka akhirnya bisa ketemu Jeng Yah, namun yang ditemui ternyata Jeng Yah 2 karena Jeng Yah yang asli sudah meninggal saat melahirlakn putri pertamanya.

Dari Jeng Yah 2 mereka mendapat cerita lengkap tentang  Jeng Yah dan Kretek Gadisnya, juga tentang Soeradja, romo mereka yang saat ini sedang sekarat.

Juga tentang luka di dahi romonya, yang ternyata terkena lemparan semprong jeng Yah, sehari sebelum romonya menikah dengan ibunya.

Belum selesai cerita jeng Yah 2 mereka disuruh pulang oleh ibu mereka, karena romo sekarat hendak meninggal dunia.

Setelah mereka sampai di Jakarta tanpa membawa Jeng Yah Romo Soeradja meninggal, setelah pemakaman Libas yang mencoba merokok Kretek Gadis yang sempat dibeli namun belum sempat dinikmati, akhir menikmati kretek itu. Dan ternyata rasa dari Kretek Gadis ini sama persis  dengan  Kretek Djagad Raja milik mereka yang sekarang menjadi industri kretek terbesar di Indonesia.

Libas, Tegar dan Karim akhirnya menyadari kesalahan yang telah diperbua romonya karena telah mencuri resep saos Kretek Gadis. Mereka akhirnya mengutus Libas untuk kembali ke kota M dan meminta maaf secara resmi kepada keluarga Jeng Yah dan membeli resep saos yang telah dipakai selama puluhan tahun dengan harga Rp 1.000.000.000,- sekaligus membeli  Kretek Gadis untuk menjadi bagian dari Kretek Djagad  Raja.

Saat Libas disuguh teh dengan menggunakan cangkir kecil, bertuliskan Kretek Bal tiga yang merupakan hadiah dari Kretek  yang terkenal pada tahun 1880 di Kudus, yang industri Kretek bal Tiga telah tutup sejak tahun 1950 an, membuat kekaguman Libas berlipat-lipat.

 

srisubekti.com
wife ordinary, writer, fiksianer, kompasianer, Content creator

Related Posts

6 komentar

  1. wihh tulisannya seru membahas novel lama, jadi tahu sekilas mengenai isi novelnya.

    BalasHapus
  2. Wah, ada spoiler nih tulisannya Bun, hihi yang belum baca Gadis Kretek nggak boleh baca artikel ini hihi, aku suka bukunya penceritaan mengalir dan menambah pengetahuan tentang dunia rokok kretek di Indonesia, buku ini sudah jadi serial di Netflix, keren

    BalasHapus
  3. Bunda, mana foto-fotonyaaaa? Hahahah...aku penasaran banget loh sama pencarian Jeng Yah ini hihihi :D Unik ya 'Gadis Kretek' bikin hati mengulik. Oh, kudu dicari nih di Netflix, buat me time seru cocok pasti ya. Jadi solusinya dengan 1 M itu soal pencurian resep saos kretek ? Hmmm....

    BalasHapus
  4. Berasa baca novelnya nih bu. Hehehe...Alur ceritanya bagus & pakai ejaan lama ya rata2...

    BalasHapus
  5. ringkesannya aja udah seruu inii, penasaran kalo baca cerita lengkapnya gimananyaa. apalagi kalau diangkat film ini pasti banyak yang nontoon 😀

    BalasHapus
  6. Seru banget cerita novel yang mengangkat zaman dulu. Terasa deg-degan gitu pas bagian pengejaran

    Kok saya jadi tertarik ya, baca genre novel juga dan pingin ulas. Hehe

    BalasHapus

Posting Komentar