Ketika Kematian Mendadak Menghantui

Posting Komentar

 



 

Seminggu yang lalu sekitar jam 10 pagi, kami dikejutkan dengan chat adikku di grup Whatsapp keluarga.

“Innalilaihi Wainnal ilaihi Rojiun, Mbak-Mas ini Mas Har suamiku meninggal “ , chat singkat ini baru terbaca olehku hampir setengah jam kemudian. Karena saat itu aku yang sedang sibuk dengan pekerjaan rumah membiarkan saja bunyi, tang-ting-tung smartphone yang memang sudah biasa begitu. Karena banyak WAG yang memang sering ramai chatnya. Lain dengan WAG keluarga yang cenderung sepi.

Selesai pekerjaan baru sempat buka smartphone lagi, mataku hampir tak percaya membaca chat dari adikku. Karena kami tinggal satu kota dan sebelum tak pernah ada kabar dan cerita kalau dik Haryono, suami adikku sakit. Tak lama kemudian aku lihat banyak telpon masuk yang tak terjawab dari saudara-saudaraku yang lain. Kita saling bertanya dan memastikan, sebelum akhirnya menghubungi adikku yang menulis chat itu sendiri.

Sambil menangis dia cerita kalau posisi masih di RS untuk mengurus kepulangan jenazah suaminya. Dan membenarkan kalau suaminya memang meninggal.

“ Untuk ceritanya nanti saja, tolong uruskan rumah untuk menyambut kepulangan jenazah dan pemakamannya. Tidak usah datang ke rumah sakit karena peraturan RS ketat dengan adanya pademi Covid ini.”

Kami pun bergegas ke rumahnya dan sebagian lagi mengurus penyiapan pemakaman di tempat pemakaman yang dekat rumah keluarga.

Ternyata sampai di rumahnya, para tetangga dan teman perkumpulan pengajian keluarga adikku sudah menyiapkan semua, memasang tenda dan menyiapkan untuk pemandian jenazah juga.

Tak lama kemudian adikku sudah pulang dari RS diantar salah seorang anaknya, sementara anaknya yang lain mendampingi jenazah bapaknya sampai pemulangan kemudian.

Begitu jenazah tiba, pecah tangis anak dan istrinya kembali pecah. Namun kami berusaha menahannya, agar menjadi keikhlasan, menerima ketentuan Allah SWT. Rasa treyuh merebak ketika jenazah dibuka, yang seperti orang tidur biasa, dan yang lebih mengharukan adalah janji si bungsu Ega di telinga ayahnya. Bahwa dia akan menjadi anak sholeh dan menyesal karena selama ini Ega lah yang sering merepotkan orangtuanya dengan kenakalan khas remaja kelas 8 SMP.Alhamdulillah ..dia sudah berjanji tidak merepotkan ibunya lagi dan akan rajin beribadah . Semoga benar-benar terlaksana ya, Ga..

Kesibukan mengurus jenazah oleh kelompok pengajiannya dikerjakan sesuai syariah dengan cepat, tamu kerabat, tetangga dan perwakilan dari kantor tempat bekerja pun berdatangan. Jam 4 sore jenazah segera dimakamkan setelah sebelumnya disholatkan di masjid dekat rumahnya. Alhamdulillah masjid hampir penuh banyak sekali yang ikut shalat jenazah. Aku dan adiku pun ikut menyalatkan juga. Terakhir kali kami melihat jenazah itu, untuk selanjutnya dibawa dengan mobil jenazah ke pemakaman untuk dimakamkan.

Adikku pun sudah mulai bisa cerita, sebelum tamu-tamu penjiarah datang ke rumahnya.

Meninggal Mendadak

Menurut cerita adikku, Retno, suaminya tadi pagi dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan hari sebelumnya  (minggu) ada arisan keluarga besar suaminya yang kebetulan keluarga adikku jadi  tuan rumahnya. Namun mereka menyewa tempat makan di sebuah resto keluarga di kota kami antuk acara tersebut, biar tidak repot dan capek.

Hari seninnya, suaminya ambil cuti sehari untuk beristirahat. Namun karena dirasa tidak capek– capek amat dan sehat-sehat saja, mereka pergi ke sawah dan berencana menanam jejamuan kencur di sawahnya yang baru beberapa tahun dibeli.

Menurut cerita Retno, suaminya terlalu kenceng mengayuh cangkul membuat lubang untuk ditanami kencur. Seperempat jam hampir dapat setengah baris sawah. Bagi yang biasa bekerja keras, menjangkul mungkin itu hal yang biasa, namun bagi pekerja kantoran dan cenderung kurang berolah-raga merupakan sebuah kesalahan besar. Menguras tenaga dan memaksa jantungnya berpacu dengan cepat seirama ayunan cangkul yang cepat dan keras.

Tak ada setengah jam kemudian suaminya berhenti mengayuhkan cangkul, karena dadanya mulai sakit dan mukanya pucat. Dia pamit mau istirahat dulu sambil rebahan di mobil. Namun Retno melihat sesuatu terjadi pada suaminya yang berwajah pucat dan kesakitan, sehingga segera melarikan ke rumah sakit bersama anak laki-lakinya yang baru kelas 11 SMA.

Sampai di RS langsung mendapat pertolongan di UGD dan karena jantungnya sudah sangat lemah dibantu dengan pacu jantung dan juga kejut jantung. Namun Allah telah berkehendak lain. Pertolongan tidak berhasil, dan detak jantung pun hilang, Innalilahi Wainnal Ilaihi Rojiun...Kematian itu benar-benar nyata datangnya...

Kematian mendadak sering kita dengar akhir-akhir ini. Mulai dari kematian Ashraf Sinclair suami dari BCL, meninggalnya Didi Kempot, anggota DPRD bahkan juga ustad ang sedang shalat di masjid dan lain-lain rasanya semakin terjadi dengan kematian mendadak ini. Kematian memang bisa datang kapan saja, dimana saja bila Allah berkehendak. Untuk itu mulai saat ini berusahalah untuk hidup sehat. Tidak terlalu memfosir diri dengan pekerjaaan ataupun olahraga yang terlalu offer. Semua ada batasan kekuatan tubuh kita masing-masih.

Menjaga kesehatan lahir dan batin itu juga penting. Usahakan untuk selalu tenang menghadapi dan menyikapi sesuatu yang terjadi. Selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan pada kita. Ikhlaskan dengan sesuatu yang menimpa kita, anggap ini sebagai penggugur dosa.

Jangan lupa untuk lebih taat beribadah, lebih mendekat pada-Nya serta menyerahkan segala urusan dan daya upaya hanya kepada Allah SWT. Berdamailah dengan hati anda bila ada yang menyakiti  dan berbuat kurang baik pada kita. Tidak perlu dipikirkan hingga menyadi beban hidup. Maafkan orang lain bila ada kesalahan, dan cepat-cepat minta maaf bila kita melakukan kesalahan. Tidak perlu menunda hari raya untuk meminta maaf, segeralah!

Seimbangkan antara memenuhi kehidupan di dunia dan bekal hidup di akherat kelak. Jangan sampai karena terlalu giat berolahraga dan bertamasya untuk menyehatkan badan justu kita melupakan dan meninggalkan kewajiban beribadah. Dan jangan pula karena sibuk beribadah kita mengesampingkan kehidupan nyata di dunia. Yang justru kita malah menjadi beban dan merepotkan orang lain. Kerjakan dengan seimbang.

Apalagi di saat pandemi belum juga reda seperti ini, berita –berita kematian susul menyusul terjadi. Pada teman-teman kita, keluarga kita bahkan orang yang terdekat dengan kita, atau mungkin kita sendiri.

Pada keluarga besar kami, dalam beberapa bulan sejak adanya pandemi sudah ada 4 orang keluarga dekat yang tiada. Rasanya kematian itu memang sangatlah dekat dengan kita.

Mari bersiaplah...

Yang telah meninggal semoga telah mendapat tempat terbaik di Sisi-Nya. Aamiin.

srisubekti.com
wife ordinary, writer, fiksianer, kompasianer, Content creator

Related Posts

Posting Komentar