Mendulang Asa Ke Bumi Borneo 12

Posting Komentar

Sementara Haji Damang masih menunggu di Banjarbaru sampai kasus ini selesai, dan Sofian langsung pulang ke Tabalong, karena rencananya besok dia sekeluarga, akan pindahan rumah dengan menempati dua kamar yang sudah selesai dibangun, dan 1  ruangan untuk berjualan di bagian depan rumah juga sudah jadi.
Di rumah Imoeng sudah menyiapkan ubo rampe untuk pindahan. Dibantu oleh mertua  dan tetangga barang-barang sudah di pindah ke rumah yang baru. Semua dagangan Imoeng juga sudah ditata rapi di ruangan yang disiapkan sebagai toko. Hanya tinggal peralatan tidur, dan beberapa alat dapur yang akan dibawa saat prosesi pindahan nanti.
 Dengan berjalan kaki mereka ramai-ramai mengusung barang-barang yang menjadi simbol kepindahan. Yang paling depan membawa lampu teplok dan sapu lidi sebagai simbol untuk penerangan kehidupan yang datang, dan sapu lidi sebagai simbol membersihkan dulu area atau rumah yang akan ditempati dari semua gangguan dan hal-hal yang tidak baik. Sehingga rumah dan juga pemilik rumah mempunyai hati bersih, berlapang dada , lancar rejeki dan jauh dari gangguan apapun.
“Assalamu’alaikum….wahai semua penghuni rumah ini baik yang kelihatan maupun tidak kelihatan, permisi kami handak menempati rumah ini, jangan ganggu kami, mari kita hidup pada alam kita masing-masing “ Demikian kata sesepuh yang menjadi pembuka pintu di rumah baru.
Setelah semua masuk dan duduk dilanjutkan dengan acara pemotongan tumpeng dan dan  pembacaan doa yang dipimpin sesorang sesepuh agama di kampung itu.
Permohonan perlindungan dan harapan setelah menempati rumah baru,  agar dilancarkan urusannya , rejekinya dan juga  agar dapat  hidup rukun, damai bahagia, dan sehat sentausa.
Tamu-tamu juga banyak yang berdatangan untuk memberi ucapan selamat dan mengikuti acara doa bersama yang di pimpin oleh seorang Sesepuh agama. Sampai jauh tengah malam para laki-laki melekan dengan tidak tidur semalaman, dan diisi dengan ngaji membaca Al-Quran, sholawatan dan  dilanjutkan dengan membaca  Burdah semalaman.
Ayuk dan Ais tetap tidur karena besok pagi harus sekolah seperti biasanya. Walaupun di rumah orang masih sibuk, Sofian dan Imoeng tetap memperhatikan keperluan anaknya, agar tidak ketinggalan di sekolah.
Setelah tinggal di rumahnya sendiri, hati Imoeng dan Sofian menjadi lebih tenang, pesanan dari konsumen Imoeng juga semakin banyak. Bahkan sekarang usaha telor asinnya beromzet lebih banyak. Kalau dulu hanya mengirim ke toko-toko 3 hari sekali sekarang hampir tiap hari tersedia telur asin siap didistribusikan. . Tetangga yang menjadi karyawannya juga semakin banyak. Imoeng perlu membeli mobil pick up untuk mendistribusikan telur asinnya ke berbagai daerah.
Sofian sudah mulai mempersiapan ijin usaha untuk KSP di Samarinda, sehingga harus bolak-balik ke Samarinda. Segala persiapan sudah dilakukan untuk segera membentuk kelompok Anggota Koperasi. Sofian sudah menyewa sebuah rumah yang akan dipakai sebagai kantor dan juga tempat tinggalnya bisa sedang berada di Samarinda.
Adik Sofian yang baru lulus SMA juga sudah datang turut membantu Sofian merintis usaha KSP. Demikian juga Eko anak pertama Imoeng, sudah mengajukan pengunduran diri dari KSP Damai milik Haji Damang, dan berpindah membantu Sofian di KSP nya yang baru. Sofian juga merekrut warga setempat untuk dijadikan karyawannya.
Setelah segala perijinan dan persyaratan untuk mendirikan KSP sudah dilaluinya, Sofian segera menjalankan usahanya. Untuk itu Sofian bahkan perlu terjun sendiri ke lapangan untuk memantau sendiri kegiatan para karyawannya. Peresmian KSP Eka Karya dilakukan dengan sederhana, cukup doa bersama dan potong tumpeng para karyawan dan tetangga dekat kantor saja.
Baru sebulan berjalan KSP Eka Karya sudah menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang sangat signifikan, dengan tenaga-tenaga pemasaran yang sudah berpengalaman dan belajar dari kekurangan yang dimiliki Haji Damang, KSP Eka Karya melaju dengan cepat. Banyak sekali nasabah yang berhasil digandengnya. Nasabah KSP Eka Karya terdiri dari para pedagang pasar, ibu-ibu rumah tangga yang ingin membuka usaha di rumah, seperti berjualan di rumah , membuka usaha catering, usaha laundry, kost-kosan dan lain sebagainya. Samarinda menjadi kota pertama yang disasar Sofian untuk mendirikan KSP Eka Karya ini. Karena Samarinda selain menjadi ibukota propinsi juga mejadi kota yang sedang tumbuh pesat di Kalimatan Timur. Seiring dengan pertumbuhan pertambangan batubara  dan pertambangan lainnya yang membutuhkan banyak karyawan dari berbagai daerah untuk tinggal disini.
Sambil mengawasi para tukang yang bekerja untuk menyelesaikan pembangunan rumahnya, Imoeng juga menjalankan bisnisnya, pembuatan telur asin yang menjadi andalannya kini sudah dikenal luas sebagai telur asin paling enak dan laris di kota Tabalong. Usaha pengadaan aneka kebutuhannya rumah tangga, mulai meluas konsumennya karena Imoeng melayani baik cash maupun kridit. Sebuah toko serba  ada yang menjual aneka kebutuhan rumah tangga  dan sembako sudah dibuka di ruang depan yang memang telah disiapkan menjadi toko yang lumayan luas, sehingga konsumen merasa lebih nyaman dalam berbelanja.
Tak terasa kesibukan demi kesibukan memadati hari-hari Imoeng dan Sofian. Sehingga kadang kejenuhan mulai timbul, mereka butuh refresing untuk menyegarkan pikiran kembali. Pulang ke Jawa adalah pilihan refresing yang tepat, karena selain bisa refreshing , bisa bertemu keluarga besar, teman-teman sewaktu masih di Kudus, juga seklian bisa membeli barang-barang yang sekiranya laku dijual disana. Mereka hanya berdua, anak-anak sudah ada yang mengewasi di rumah. Sofian pun sambil mencari tambahan karyawan untuk KSP Eka Karya, dari kalangan tetangga  maupun kerabat sendiri yang membutuhkan pekerjaan dan mau untuk hidup di Kalimantan.

b e r s a m b u n g....

srisubekti.com
wife ordinary, writer, fiksianer, kompasianer, Content creator

Related Posts

Posting Komentar